Senin, 04 Mei 2009

Twilight



"Y udah nie y, Vario'y dibalikin lagi..!!",sedikit ancaman dalam genggamannya. Kaget memang, tapi egoisme ini masih ku pegang. Dalam benakku saat itu, ini adalah sesuatu yang tabu. "mamah kan pinginnya belajar naik motor ma kiki, biz takut lau diajarin m c papah..takut dimarahin.", nyokap ngeluh lagi,,. Dalam otak ini ku cari lagi alasan-alasan, tapi tak ada satupun neuron-neuron yang berpapasan. Lucu?, tapi aku membisu. Sampai ku dengar suara papah di balik sana yang menyuarakan pendapatnya untuk mengijinkan aku. Malu? Jelas malu. Ini bukan handphoneku. Handphone Pak Ucep yang selalu aja merasa lebih kasep. Terlalu lama aku berdebat untuk saling mengadukan pendapat. Dan aku pun menang, siap bersenang-senang, dan tak akan lekang oleh jalanan yang mereka bilang terlalu terjang.

Siapa takut, kita pergi bersama si raja dari kampong bunut. Sebuah kampoeng yang ternyata masih berada di dalam negeri Indonesia. Hidungnya memang pesek, tapi memang terkadang dia ngerasa beng;ek.hihihihi…. dia memang hebat. Kepala suku yang sudah disunat, dan tak pernah bejat. Dari puncak gunung karang, tak pernah kalah oleh terjang. Menjadi seorang lajang melindungi putri layaknya membawa keranjang. Noor Maulida yang telanjang mata dibawanya dengan segala ancang-ancang. Rizki Fauzi, Tanpa sandal untuk menakulukan jabal. Bukan karena tak punya, tapi karena sandalnya telah teraniyaya. Dia tak mau memakai sandal lain dengan sebuah alasan yang tak masuk akal. "kalau sandal temen ana tusak lagi, gimana gantinya? Mending kayak gini.."

Pernah nonton film "LASKAR PELANGI"?. Sebuah sekolah membutuhkan 10 orang untuk memperkokoh bangunan yang sebetulnya tidak kokoh. Disaat-saat teakhir, tak ada satupun yang datang lagi. Hanya 9 yang datang,dan memang ganjil. Bukan hanya ganjil karena angkanya ganjil, tapi memang karena sesuatu yang ganjil untuk mempertahankan sekolah itu berdiri. Harun menjadi pahlawan dengan cara berlarinya yang khas dan membuat angka genap. 10. Angka genap yang memang benar-benar genap. Bukan hanya genap angkanya, namun juga dapat membuat genap sekolah itu tetap berdiri.

Berbeda dengan kehidupan nyata dalam hidupku yang kecil. 14 adalah angka yang terasa ganjil, padahal genap. Butuh 1 lagi untuk membuatnya menjadi 15 dan terasa genap, padahal ganjil. Ketika terlintas hal itu dalam benak yang lunak, datang sesosok Harun. Harun yang lugu, Harun yang mempunyai gaya berlari yang sangat khas. Harun dalam kehidupan nyataku ini adalah anak kelas Sepuluh Dua yang tiba-tiba saja datang dan dengan gugup bertanya, "Al'akh, hal yajudzu ilayya li an atba'a ila jabal??",.(Kakak, bolehkah saya ikut pergi ke gunung?). Keganjilan semakin ganjil ketika orang ini melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan. Salah satunya adalah ketika dia berkata bahwa laptopnya terbawa olehnya hingga gunung dalam tasnya. Tak ada yang tahu apa maksudnya, namun ketika sang laptop ingin digunakan, ternyata laptopnya tak berdaya karena lowbet yang melandanya.

Namun genap sudah terasa dengan jumlah yang ganjil ini.

Aisyah Ramadhania Husein

Alfi fudhola

Arief azhary

Awwaliatul Mukarromah

Ega Pratida

Faizal firdaus

Haroki Madani

Ilham Ichwani

Indah Puji Lestari

Muhammad Rizal Firdaus

Noor Maulida

Resti Diah Utami

Rizky Bachrudin

Rizki Fauzi

Shani Safarah Rohmah

Dengan para figuran yang benar-benar berperan ; Mang Marta, Pak Didin, dan Mr.Afif.


 

Perjalanan dimulai dengan hal-hal yang tumpul. Jam 7 kita janji berkumpul, dan jam 9 kita baru jadi berkumpul. Ngaret intinya. Belanja dulu, padahal itu terasa tidak perlu. Roti, air mineral, dan sedikit snack dari masing-masing menjadi sasaran belanja utama yang ternyata sangat berguna ketika kita sampai di puncak.

Batu Haji. Titik awal pendakian. Sampai di sana dengan menggunakan angkot. 18 orang dalam satu angkot. Belum lagi bawaan kita yang berupa tas-tas besar. Aku duduk dibawah dengan diapit dua pasang kaki yang berbeda ukuran. Aku duduk di atas punggung kaki salah satu dari pasang kaki tersebut. Karena tanpa itu, panas mesin terlalu ganas. Detik demi detik mendaki gunung ditulis tanpa padu dalam buku saku. Sang Maestro mendokumentasikannya sebagai hal yang kopro.
Mulai dari banyaknya warung yang kita kepung, imajinasi asli jalanan yang tak bersisi, sungai yang sangat lunglai, hingga pemandangan yang begitu asri karangan Illahi. Semuanya tertuang dalam kacamata Faizal yang tubuhnya penuh dengan tulang berulang.

Sepanjang perjalanan menanjak, tak jarang kita semua tersedak. Tanpa adanya niat untuk melebih-lebihkan, aku merasa benar-benar melawan lintasan yang > dari 750 unutk mencapai puncak. Bukan jalanan curam itu yang aku takutkan. Bukan juga jalanan yang memang sebelah kanan dan kirinya adalah jurang. Apalagi hewan-hewan buas yang memang mungkin menyerang. Tapi Aisyah yang aku takutkan. Mendaki dan terus mendaki membuatku tak ingin mati. Aisyah berada di depanku tanpa suara, tanpa kata. Wajah terlihat pucat, dengan tubuh yang sangat penat. Tongkat di tangannya hanya mampu member sedikit rasa lega. Dari belakang aku hanya bisa mendorongnya sedikit demi sedikit melalui tasnya. Tragis. Ketika semua sudah lama istirahat, Aisyah baru saja datang dengan wajah yang benar-benar pucat. Dua jempol tangan dan dua jempol kaki buat Aisyah yang sukses menaklukan karang dengan badan besar seperti kerang,.

Mendaki gunung tanpa alat bantu apapun mungkin merupakan sesuatu tantangan yang mengasyikan. Bagi seorang laki-laki, itu adalah kepuasan birahi. Lain halnya dengan sahabat dari TK,Rizal. Stay cool and calm adalah pertunjukan sirkus yang ia tampilkan selama perjalanan. Kedua tangannya enggan ia keluarkan dari saku celananya. Itu yang aku pahami namun tak aku mengerti. Siapa sangka jika ternyata tangannya penuh dengan panu sehingga dia malu?, atau mungkin kedua tangannya sama-sama kiri sehingga selalu tersembunyi sunyi. Tapi di mataku, dia adalah Rizal. Rizal, yah…………….Rizal.

Jika kita berteman dengan penjual parfum, tubuh kita pasti akan mendapatkan aroma parfumnya. Walupun kita tidak membeli parfum. Begitu pula bila kita berteman dengan pengrajin besi, tubuh kita pasti terkena panasnya cipratan besi walaupun kita tidak ikut mengrajin besi. Apa sich maksudnya?, ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh berteman dengan pengrajin besi lho. Aku hanya punya teman yang narsisnya kelewat batas. Setiap ada kamera, ada suasana, dan ada rasa pasti foto terlaksana. Tapi gak ada ruginya juga punya temen kayak gitu. Toh aku juga ikut terbawa masuk kamera.hehehehe…. dengan hidungnya yang mancung, Arief selalu mendokumentasikan segala kegiatan dalam kamera dan terangkum.

Dingin terlalu menggigit walau tanpa angin. aku benar-benar merasakan bahwa air hujan memang tampan dan berada tepat dihadapan dalam bentuk udara yang tak bersuara. Ku coba untuk menyentuh, namun tubuhku malah tersentuh. Luluh, rapuh, pokoknya kalau kata si Mamah sich "teu puguh".
Guntur, petir, geledek, or apalah namanya dapat aku dengar dengan jelas dan aku mengerti bahwa itu berasal dari bawah kakiku. Aku merasa berada di atasnya karena memang itu tak dapat aku lihat dengan tampaknya. Efek rumah kaca terasa tak nyata dalam dunia. Seorang gadis berkacamata yang selalu berkata, "Mataku, matamu, matanya tak pernah ada yang sama..... Hatiku, hatimu, hatinya berbeda dalam semua.......... Hidupku,hidupmu,hidupnya punya jalan tuk bersua...... mungkinkah ada di balik sebuah kacamata?????" menjadi fakta nyata atas keganasan udara. 2 jaket orang tampan ia pakai sekaigus sebagai pinjaman. Tentu saja teman-teman sudah tahu, salah satu jaket itu punyaku. Sedikit terlekang oleh suasana garang, Resti menggigil tak karuan di atas karang. Untung aku dan alfi adalah lelaki, tak akan begitu saja mati hanya karena tradisi. Tradisi menggunakan jaket ketika dingin malah menjadi hal yang rutin?. Hanya karena cuaca. Begitu meremehkannya diriku waktu itu dan mulai tersipu malu. Sweater Faizal akhirnya menempel di tubuhku untuk sedikit menggigit kulit yang terasa dibelit oleh udara. Alfi?, kebelet pipis berkali-kali karena panggilan uretranya yang menggeli. Seharusnya Resti ganti kata-katanya itu menjadi "Hidupku, hidupmu, hidupnya tak pernah ada yang sama..... dinginku, dinginmu, dinginnya berbeda dalam semua.......... jaketku,jaketmu, jaketnya aku pinjam dulu yach...... mungkinkah ada di balik sebuah kisah nyata?????",,,

Tiba-tiba kami terbagi menjadi 2 kelompok ketika pergi. Aku, arief, ega, indah berada di depan dan terpisah agak mapan dari kalangan yang jalannya belakangan. Tak jauh, namun terasa jauh. Mungkin karena pepohonan menghadang kita untuk memandang. Mau tahu apa yang mereka kerjakan ketika berada di belakang kami?, cari berita selengkapnya di Blog Mouw-Mouw..!!!!, klik di sini!!!

Kelompok yang berada di depan selalu saja ingin duluan. Selalu menunggu mereka untuk datang terlebih dahulu ketika kita harus menunggu. Langit menjadi biru dan semua mulai kaku. "gha,itu twilight yach??" Tegurku mengoyah kebengongannya. Secara selama perjalanan dia ngomongin Edward terus tiada hentinya. Edward yang dia akui (dalam imajinasi) sebagai suaminya. Edward yang menjadi manusia tanpa daya dalam cerita aslinya namun tetap disukainya. Oleh karena aku yakin kalau dia pasti tahu jawaban akan pertanyaanku itu. Muhammad Alifa Farhan, sahabatku yang memang kemampuan dalam bidang kemaksiatan tiada tanding pernah bilang kalau Twilight adalah percampuran warna antara merah dan ungu yang dapat kita saksikan ketika matahari akan terbenam. Dan aku harap jawaban yang aku dapat dari ega adalah jawaban yang serupa. Bukan untuk mencoba pengetahuan ega, tapi hanya untuk memperkuat pengetahuanku dalam bidang cerita sastra. Setelah buyar, Ega pun menjawab,"kgak tau ane juga, abiz di ceritanya kagak diceritain..,.",. aku langsung teringat kuis "FAMILY 100" dan ega tiba-tiba menjawab pertanyaan diluar harapan sehingga bell berbunyi,,, TET TOOoTttt..!!!!

Makin gelap, makin lahap. Setiap jalanan setapak kita lewati bertahap. Kita mulai engap. Capek tak tertuntun karena jatuh bangun. Disaat kita mulai untuk bermain suatu permainan yang kita sebut "sosorodotan" dengan mengikhlaskan pantat kita bertambah pekat dan bulat, sang ketua melakukannya dengan cara yang cepat. Berbeda namun tetap sama. Aku, ega, dan indah sedang sibuk saling mendahului dalam hal itu, namun sang ketua kita dengan gagahnya menyusul dari sebelah kiri. Sedikit tak mengerti, tapi akhirnya aku akui bahwa permukaan yang lebih datar akan memberikan kecepatan yang lebih tinggi. Buktinya? Alfi memberikan dadanya yang datar dan lebar sebagai sesajen bagi tanah yang tak licin untuk mengejar. Gayanya sudah seperti Superman, tapi sayang kekurangan suplemen. Sebagai wakil yang baik, faizal memberikan teguran yang menyuntik, "Fi, inget Fi…ketua OSIS,Ketua OSIS". Tapi suntikan itu tak dihiraukan oleh alfi yang terus melaju.

Cahaya Madani beruntung memiliki siswa bernama Haroki Madani. Dengan kemampuan kejayusan dalam diri yang tiada tara dan tidak mampu dilampaui oleh berbagai siswa, akhirnya dia mendapat julukan baru yang setara. Pak Bos julukannya dan tak jelas asal muasalnya. Setiap akhwat yang ikut memanggilnya begitu. Mungkin mereka terkagum-kagum dengan kejayusannya. Aku harap kejayusannya tidak akan lenyap sampai nanti dia membentangkan sayap dalam olimpiade Kimia yang harus segera dia sergap.

Kita memang sudah berpisah menjadi dua kelompok, tapi tidak berarti kita tak memikirkan hal-hal yang pokok. Keselematan yang paling utama. Tapi Awwalia menjadi korban yang pertama. 5 K plus yang dia derita. Kaki Kanan Kiri Keram, Keseleo, plusnya Kecape'an. Laju kita semakin melambat demi mempertahankan barisan kita untuk tetap rapat. Selang-seling barisan diwarnai dengan jenis kelamin yang berbeda. Tak ada pancaran bahagia dari wajah Awwalia ketika aku tanya tentang keadaanya. Seram juga, kita berpikir melebihi rasa yang Awwa rasa.

Suasana mulai berubah ketika shani menawarkan punggungnya untuk menggendong Awwa. Hati tersentuh melihat kejadian itu. Semua orang tau kalau badan shani emang agak gendut, tapi seluruh permukaan kulitnya sudah menjadi sedikit keriput oleh tanah yang selalu terpungut ketika kita jatuh dan terbawa malam yang larut. Salut!!!,,, Teringat akan Adiknya yang menjadi alasannya. Mungkin rasa rindu karena jarang bertemu yang menembus semua itu. Aku langsung teringat kakak2 ku yang sekarang sudah bekerja dan kuliah. Pernahkan mereka mengingatku seperti apa yang shani tunjukan dihadapanku???,. Entah aku yang keceplosan berkata seperti itu atau memang shani yang membaca pikiranku?, tiba-tiba dia berkatam, "semua kakak juga kayak gitu lagi benk,,,cumin mereka pasti malu kalau nunjukin depan adiknya. Ane juga gitu.",,…,,,,.,,,

Diam sejenak dan berfikir .,.,,,

Namun akhirnya setelah beberapa lama Awwa kembali ceria.

Aksi sorodotan itu mulai terhenti ketika jalanan sudah mulai berbatu dan tak lagi mendukung untuk kita terus melaju seerti itu. Indah yang berada di dekatku malah melanjutkan hal itu. Dari awal dia memang banyak ngeluh. Ngeluh, dan terus ngeluh. Sampe-sampe dia sempat hamper jatuh ke jurang gitu. Ech,…,malah narik tasku yang dilumpuri oleh tanah basah dengan penuh. Tapi mau gimana lagi? Emank suasanya sudah seperti itu. Wajar kalau dia tetap seperti itu. Hingga dia sedikit tidak berkeluh dan bercerita kepada kami tentang hal yang penuh dengan rasa pilu. Seorang ayah memiliki pekerjaan dan dia sangat sibuk dalam pekerjaannya itu sehingga dia jarang bermain-main dengan anaknya yang masih kecil. Penghasilannya memang lumayan, dalam satu jam Ayahnya bekerja, Ayahnya itu mendapat bayaran sebesar 40 ribu. Bayangkan, jika sang ayah bekerja selama 24 jam dalam satu hari?. Uang itu cukup untuk memenuhi kehidupan hidup mereka termasuk uang jajan si anak.. Suatu malam si anak meminta uang kepada ayahnya sebanyak 5 ribu namun ayahnya sedang istirahat, dan ayahnya berkata,"untuk apa uang sebanyak itu kamu minta pada malam hari seperti ini?, jika saja kamu memintanya besok, ayah pasti bisa memberinya lebih." Si anak berkata dengan polosnya, "aku hanya ingin bermain-main dengan ayah selama setengah jam saja. Itu sudah lebih cukup bagiku. Namun sekarang aku hanya memiliki uang sebanyak 15 ribu.".,.,,.,,,, cerita itu membuat akupun luluh. Ku coba untuk menceriakan suasana lagi dengan berkata, "ayahnya nge-jaga rental PS 2 y??", tapi tak ada satupunn yang tertawa hingga beberapa lama, dan itu menunjukan cerita itu benar-benar membukakan hati kita yang mungkin terlalu buta.

Jam 11 malam kita semua akhirnya mendarat di pelabuhan CMBBS.

2 Opini Penggemar:

Gladish Nada mengatakan...

titip pesen ma ega, tolong bilangin,
nna minta maph..

coz edward ny slingkuh ma nna..



hhe..


(^_^)

Yusef J. Hilmi mengatakan...

perbendaharaan kosakata saya tak kan sepadan menggambarkan kekaguman akan keistimewaanmu mengeksplorasi rasa dan pikir dalam tulisanmu...
Ah, saya bangga bisa mengenalmu...

Posting Komentar