Sabtu, 30 Mei 2009

Itulah...

Itulah tegukan pertama dari cawan yang telah diisi oleh para dewa dari air pancuran cinta.

Itulah batas antara kebimbangan yang menghiburkan dan menyedihkan hati dengan takdir yang mengisinya dengan kebahagiaan.


Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan , bab pertama dari suatu novel tentang kemanusiaan.


Itulah tali yang menghubungkan pengasingan masa lalu dengan kejayaan masa depan. Menyatukan keheningan perasaan-perasaan dengan nyanyian-nyanyiannya.


Itulah satu kata yang diucapkan oleh sepasang bibir yang menyatukan hati sebagai singgahsana, cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai mahkota.


Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari-jemari angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih.


Itulah permulaan getaran-getaran yang memisahkan kekasih dari dunia ruang dengann matra dan membawa mereka kepada ilham dan impian-impian.



Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga buah delima, menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga.


Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para dewa di ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkapkan bunga pertama yang mekar pada ranting pohon cabang pertama kehidupan.

1 Opini Penggemar:

Megandarisari mengatakan...

siapa yang ingin kau buat mengerti..?


(^_^)

Posting Komentar