Jumat, 22 Mei 2009

100 M

Alfi sebagai ketua OSIS CMBBS masuk ke setiap kelas untuk menjalankan tugas,. Lompat jauh, lompat tinggi dan lari 100 meter adalah objek yang memerintah Alfi melakukan ini karena besok ketiga objek akan mulai beranjak. Tak ada hasrat yang mengajakku ikut serta dalam hal sebenarnya tanpa syarat ini. Namun ketika waktu memanggilku, dan mata mengajakku tak kuasa rasanya untuk mengalah. Para peminat yang ingin mengikat kemampuan dengan perlombaan itu terlihat tidak layak untuk mengikutinya. Aku membuktikannya, waktu tercepat 13 detik koma sekian untuk menempuh jarak 100 meter. Tercepat dalam ruang lingkup yang tak padat. Kita lihat saja bagaimana kecepatan berbicara dalam kesempatan suatu kenyataan.
Lompat jauh -> Ahmad Gafar dan Istimurti
Lompat Tinggi -> Alfi Fudhola dan Noor Maulida
100 Meter -> Rizky Bachrudin dan Sucitra

Waktu mulai beraksi dengan kombinasi antara hal-hal yang tak suci. Banyak sekali kejanggalan yang ternyata teranggap sebagai sesuatu yang wajar. Dianggap sebagai anak tiri yang selalu mendengar segala bisikan yang menyakitkan di Pandeglang, dan dianggap sebagai anak bungsu di Provinsi tanpa tahu di mana tempat bijak untuk bermanja-manja. Salah satu panitia sempat menatapku dengan segala tatapan yang berbisa, serta kumisnya yang tebal membuat pikiranku kemana-mana. Beberapa kali aku dan dirinya bertatap mata dengan seribu ragu dalam jiwa. Segala tatapan itu membuat kita tampaknya mulai saling bercerita melalui mata tanpa ada rasa saling kenal atas nama.
Lebih baik diam seribu kata dari pada kita angkat senjata. Biarkan otak yang berbicara, bukan nyali yang terus tersiksa. Karena keyakinan bukanlah suatu omongan kecil semata, namun merupakan suatu cara untuk mengangkat kita tetap di atas rata-rata.
Olimpiyada Olahraga Siswa Nasional (O2SN) mungkin memang bukan arah kita. Tak ada satupun piala yang berhasil kita bawa. Seluruh juara berasal dari daerah yang tak pernah terdengar keberadaannya, entah dari desa mana mereka berhasil terjaga. Dan mereka berhak menjadi perwakilan Kab.Pandeglang dalam O2SN tingkat Provinsi dengan penuh canda tawa yang sedikit memberi kami goresan lukan yang tidak nyata. Tapi kehidupan Noor Maulida membuat semuanya menjadi berbeda. Sweet Seventeennya telah berekspresi mengobati segala kegagalan kita.


Beberapa minggu kemudian………………. 18 Mei 2009 Pukul 09.00 PUSPIPTEK Tangerang Selatan

Bunglon mulai mewarnai hari-harinya dengan warna yang berbeda. Mimikri harus terus bereforia untuk membuat hati ini ceria. Tanpa ada duga komunikasi melalui tatapan mata antara diriku dan panitia itu kembali membawa suatu hal yang tak terencana. Masih penuh bisa dengan kumis tebal yang sama. Berjaket putih hijau yang menandakan perwakilan Kab.Pandeglang yang ikut serta pada O2SN tingkat Provinsi Banten. Untuk pertama kalinya kami membuat suatu percakapan dengan senyum yang membara tanpa tatapan yang berbisa.
Pak Kumis : “hei….emang masuk provinsi juga?”

Bunglon : “mmmhhh….enggak pak, saya ikut Lomba Kemah Kerja Ilmiah. Perwakilan BANTEN.”

Pak Kumis : “Ouw….”

Allah Maha Adil. Ada Hikmah di balik semuanya. Pembukaan O2SN dan Kemah Kerja Ilmiah tingkat Provinsi dilaksanakan pada waktu dan tempat yang sama di luar rencana yang aku duga-duga. Jika dulu aku lolos mewakili Pandeglang dalam lari 100 Meter, tentunya aku tak bisa tertawa dengan lega dalam segala suasana yang membawa. Senang rasanya mengantongi nama di atas semua yang telah mencela.
Pada O2SN itu Kab.Pandeglang berhasil menjadi Juara 2, di bawah Kab.Tangerang sebagai Juara Umum. Bagaimana dengan nasib sang bunglon?

0 Opini Penggemar:

Posting Komentar